Diary ARKI 2016 (Day 1, Ooh... Ranselkuu)
Aku bangun sekitar pukul lima pagi. Pas bangun,
ingatanku Cuma tertuju sama satu hal : ARKI. Setelah mandi aku langsung pakai
baju. Celana juga. Saat itu aku Cuma fokus ke ARKI sampe lupa salat subuh :”v
Aku nge-line kak Faishal, nanya dia udah dimana.
Katanya lagi salat subuh, sontak aku kaget bett. Pas liat jam udah mau pukul
lima tepat. Jadilah aku ga salat :” . Aku nanya lagi ke Kak Faishal. Katanya
udah dijalan.
Aku langsung mastiin kalau semuanya udah siap.
Berkas-berkas, alat tulis, hingga alat mandi kucek di ranselku. Untunglah tidak
ada yang belum dimasukkin. Kalau bajuku mah, Ibuku yang nyusun tadi malem,
pastilah udah komplit semua.
Koperku udah Bapakku masukkin kedalam bagasi mobil.
Tasku juga pastilah sudah dia masukkin. Setelah beberapa saat, kak Faishal
datang. Dia dianter kakaknya. Setelah, Kakaknya kak Faishal pamit pulang, Aku,
kak Faishal, Ibu, Bapak, dan Adikku masuk kedalam mobil.
Mobil berjalan. Aku diam. Sesekali kak Faishal
bertanya, jangan tanya aku apa yang ditanyakan kak Faishal pas dimobil karena
aku udah lupa :3
Jarak kotaku, Curup dengan ibukota provinsi Bengkulu
cukup jauh. Sekitar 2,5 jam kalau ga macet. Kalau udah macet, bisa sampe 3 jam
aku sampai. Bandar udara yang ada di Bengkulu cuma satu. Bandar Udara Fatmawati Soekarno.
Bandar Udara Fatmawati Soekarno
Sepanjang jalan, aku berusaha untuk tidur. Tapi
gatau kenapa gabisa-bisa. Pas udah sampe ke area bengkulu, aku nengok
kebelakang, tempat koperku, koper kak Faishal diletakkan. Pas kucek, aku kaget
setengah mati!
Kamu tahu?
Ranselku
RANSEL YANG KUDUGA SUDAH DIMASUKKAN BAPAK KE BAGASI
ENGGAK ADA!
Aku langsung gemetar. Sekaligus, yah takuttt gitu.
Tiba-tiba perutku mules. Aku ga nikmati perjalanan yang kami tempuh. Padahal,
sunrise yang dilihat dari luar jendela subhanallah indah sekali. Fokusku Cuma
satu. RANSEL!
Setelah sampe ke bandara Soekarno hatta, aku segera
keluar. Ngacir kearah wc bandara. Setelah perut mulesku sembuh dan apa yang
ingin perutku keluarkan telah kukeluarkan, aku segera ketempat Bapak, Ibu, dan
Kak Faishal duduk.
“Ranselmu mana?”
Aku gemetar. “Kan Bapak yang masukkin ke bagasi,”
balasku. Cuma itu yang terlintas dipikiranku.
Ibu sama Bapak langsung panik. Aku juga panik!
Pasalnya, berkas-berkas ARKI yang harus diserahkan pas registrasi itu semuanya
disana! Alat-alat tulisku disana! Dan... alat-alat mandiku disanaaaaa!
Oh god.
Aku ga ngomong apa-apa saat itu. Aku berusaha sok
sibuk dengan hpku dengan meladeni notifikasiku yang masuk. Bapak dan Ibuk
berusaha menghubungi orang yang dirasa bisa mengantarkan ranselku. Setelah
beberapa saat, aku bisa bernapas cukup lega ketika tahu, Dang Jun bisa
mengantarkan ranselku.
CUKUP LEGA!
Karena kenapa? Sekitar setengah jam kedepan aku
sudah take off! Sudah ada diatas pesawat! Aku makin panik. Aku kurang semangat
pas Kak Nada sampai. Btw, kak Sesy udah lama sampai. Mendahului kami. Karena
rumahnya enggak begitu jauh dari bandara ini.
Pas check in, kartu pelajar sekaligus tiket yang
udah kuprint gaada. Untung Ayahnya kak Nada cerdik *ceilah. Dan untung juga,
aku nyimpen file tiketku dalam HP.
Aku nunggu di depan pintu check in. Pikiranku masih
fokus pada satu hal! Ranselku.
Ayahnya kak Nada keluar dari pintu check in. Dia
ngasih boarding passku. Kuucapkan terima kasih padanya. Kakiku mulai melangkah
kedalam ruang check in *aku gatau ruang apa namanya :’v. Kak Faishal sama Kak
Nada udah nunggu aku di dalamnya. Kami berlari. Berlari keatas. Pas diatas,
langkah aku sama kak Faishal dihadang petugas-petugas.
Oh god. Apalagi ini?
Kami berdua diinterograsi. Gegara aku ga ngasih
tanda pengenalku, dia ga percaya kalau boarding pass itu punyaku. Kak Faishal
jelasin kedia kalau ranselku ketinggalan tapi dia gamau tau!
Dia kemudian nanya, aku punya nomor hp ga. Aku jawab
iya. Terus kak Faishal disuruh nelpon kehpku. Untung nomor yang ada di hp kak
faishal betul. Jadi, otomatis hapeku bunyi dan si petugas percaya. Si petugas
cewek cerewet yang gendut itu akhirnya memperbolehkan kami masuk. Aku masih
inget banget, setebal apa alisnya waktu itu.
Aku sama kak Faishal masuk. Kak Nada taunya
cari-cari kami tadi. Kami berempat—aku, kak Faishal, kak Nada, sama Kak
Sesy—berlari (lagi!) menuju pesawat. Taunya, pesawatnya nunggu kami, karena
kulihat, semua tempat duduk udah penuh, dan kami adalah orang terakhir yang
check in. Alhasil, kami berempat duduk di barisan paling belakang. PALING BELAKANG
SEBELAHAN SAMA TOILET!
Selama di dalam pesawat aku ga mikirin semegah apa
hotelnya. Atau mirip aga enggak temen-temen yang tergabung dalam grup line.
Pokusku Cuma satu! Aku jadi inget ucapan ayahku,
“Ranselmu entar di paketin aja.”
Aku jadi merasa bersalah. Karena keteledoranku, Ayah
sama Ibukku jadi kena getahnya.
Aku gabisa tidur di pesawat. Kak sesy yang
disebelahku tengah tertidur lelap. Sedang kak Nada di sebelahku tengah
menggumamkan ayat-ayat Allah yang tidak kuketahui doa apa.
Kepalaku pusing. Pening sekali. Aku langsung ngambil
kantung muntah. Sarapan pagiku tadi telah keluar semua. Maapin aku. Aku lupa
bilang kalau sudah pakai baju aku sarapan :3
Kak Sesy juga muntah. Kami sampai di bandara. Kami
menunggu giliran untuk keluar.
Kami keluar. Mencari koper. Setelah ketemu,
muter-muter. Keatas-kebawah, cari tempat dimana travel langganan kak Sesy
parkir. Pas kami lagi duduk-duduk dilantai dasar, travelnya kak Nada ternyata
udah nunggu. Kami berjalan, naik lift, ketemu mobilnya, masukkin kopernya,
duduk di dalam, dan mobil mulai berjalan ke Hotel Mega Anggrek Jakarta.
Hotel
tempat aku dan 59 peserta ARKI lainnya akan bermukim.
Kami sampai. Kami keluarkan koperk kami. Aku pinjem
duit kak Faishal untuk sumbangan bayar travel karena uangku dalam ransel. Ya
Allah, gimana kabar ranselku.
Tarikkan koperku gabisa dibuka. Akh, gimana ini. Kak
Faishal yang liat aku kesusahan membawa koperku. Duh, aku jadi ga enak.
Pasalnya, Koperku juga kak Faishal yang bawa selama muter-muter di bandara.
Kami sampe di ballroom. Duduk. Kak Nada diajak
wawancara. Aku bertiga duduk. Setelah kak Nada selesai, kami bertiga
registerasi. Aku gatau gimana mau ngomong ke Kakak panitia. Jadi, Kak Sesy
bantuin aku.
“Kak, boleh gak kalau berkas-berkasnya bukan hari
ini dikumpulin?”
Jawabannya sungguh tak terduga *ceilah. Dia bilang,
berkas-berkasnya maksimal hari jumat nanti dikumpulin. Jadilah aku hanya
mengisi formulir registerasi. Eh, ternyata dikasih totebag warna hitam dengan
tulisan “Perpisahan adalah upacara menyambut hari-hari penuh rindu”. Isinya ada
topi, kaos oblong berwarna kuning dengan tulisan “ARKI 2016”, buku panduan,
tumbler milea, blinder dan kotak pensil yang girly (punyaku ku kasih sama
kakakku), apa lagi ya? Seingetku itu aja.
Penampakan
totebagnya
Kami berempat masuk kedalam Ballroom. Koper-koper
kami masih kami letakkan di depan tempat registerasi. Kami ketemu kak Alya sama
Waffa. Kak Alya, Waffa, Kak Sesy, sama kak Nada disuruh wawancara. Sementara
itu, aku sama kak Faishal mengisi perut.
Setelah kami mengambil makanan, aku sama kak Faishal
duduk di salah satu meja yang kosong. Kami menikati makanan kami. Sementara
itu, di sebelah kami, kelang satu meja ada anak ARKI yang juga lagi menikmati
makanan. Sedang di sebelahnya, di satu meja di sebelah kiri kami berisi tapi ga
ada orangnya. Ada satu sih. Si Asma! Aku inget banget si Asma kek orang gimana
gitu xD Baca buku panduan sambil nutupin muka sama tuh buku.
Setelah beberapa saat, ada dua orang laki-laki yang
mendekati kami. Dia izin duduk di dua bangku kosong di depan kami. Setelah
kenalan barulah aku tahu namanya. Kak Rifli sama kak Anto. Kak Rifli dari
sulteng sedang kak Anto dari... darimana ya? Lupa! Kupang. Iya Kupang! Kupang
atau Mataram ya? Diantara keduanya deh.
Makanan kami belum habis, tapi kak Nada samperin
kami suruh kami registrasi kamar hotel. Aku sekamar sama kak Faishal. Aku sama
kak Faishal segera berjalan ke pintu lift. Masuk, pencet lantai tempat kami
malam ini tidur (karena aku lupa kami di lantai berapa :”>) sampai, cari
kamar, masukkin kartu kunci kamar ke tempatnya, masuk, dan meletakkan semua
barang milik kami. Semua itu kami lakukan dengan terbang berjalan.
Kamarkuu
yang bikin rinduu
Perkenalkan,
namanya ka Faishal :v
Yaiyalah.
Kami duduk di atas kasur. Istirahat sebentar. Sambil
nonton dan ngobrak-abrik isi totebag. Isinya udah tau kan?
Aku sama kak Faishal dapet kabar kalau kami harus
berkumpul di ballroom. Padahal, kami baru saja menyeduh kopi kami :(
Aku sama kak Faishal matiin tv. Tanpa ba-bi-bu
panjang lagi, kami berjalan kebawah. Hpku dua-duanya (samtpon dan hp nokia
tanpa kamera) kutinggal didalam kamar. Kami sampai di ballroom, duduk di kursi
yang udah di susun rapi. Ternyata udah banyak juga orang yang dateng. Kami
duduk.
Acaranya ternyata acara perkenalan. Perkenalan sama
juri-juri gitu. Terus apa lagi ya? Pokoknya. Ada cuap-cuap gitu dari
masing-masing juri. Setelah selesai kami disuruh kembali ke kamar. Tak lupa,
poto sama salah satu juri :”> Pak Boim.
(depan)
Left to Right : Kak Rifli - Aku - Kak Faishal – De – Kak Sulthan – Pak Boim
Lebon – Kak Rizal – Kak Anto – Kak Habib
(belakang)
LtR : Kak Diko – Kak Farhan – Kak Arief
Kami berjalan kekamar. Pas sampai kamar, aku ngecek
hpku. Pas cek hpku, ada beberapa panggilan tak terjawab. Aku telpon balik,
taunya itu telepon dari kakak sepupuku, Kak Rio. Dia udah nunggu di bawah. Dan
udah lama!
Aku jadi kasihan dan ga enak gitu :3 aku berlari
kebawah, pas sampe taunya dia bawa ranselku!
Ya Allah.
Alhamdullilah.
Kau memang tidak pernah tidur.
Kuterima ranselku itu, dia ngomong beberapa patah
kata. Kemudian setelah dia pergi, aku langsung ke ballroom. Ngasih
berkas-berkas registrasi dengan wajah ceria. Dan kembali ke kamar.
Di kamar, banyak hal yang kulakukan. Main hp,
nonton, liat hiruk-pikuk jakarta dari ketinggian. Dan kamu tahu? Jakarta dari
ketinggian (maybe) sepuluh meter masih terasa panas.
Kami—aku sama kak faishal, jadi kalau aku sebut
kami, itu aku sama kak Faishal—dapet kabar dari temen-temen di grup kalau harus
ngambil baju batik di ballroom. Kak Faishal ngambilnya sedang aku dikamar.
Kami akan melaksanakan acara *ceilah pembukaan
sesusudah waktu maghrib. Pakaian yang kamu gunakan itu batik yang diambil tadi.
Jadi, setelah siap, *pastinya setelah mandi dan pakai baju, kami berjalan ke
ballroom.
Panggung acara ARKI di Hotel Mega Anggrek
Acara dibuka. Diawali dengan menyanyi lagu Indonesia
Raya. Setelah itu, ada pidato pembukaan dari sederet orang-orang besar negara.
Yang pasti orang-orang yang berkiprah di dunia pendidikan. Ada pertunjukan-pertunjukan juga. Terus,
acara diakhiri dengan berbaris rapi di depan panggung sembari mengucapkan “ARKI
2016, THE NEXT CREATORRR!”
Setelah acara berakhir, kami berkenalan satu sama
lain. Ada yang diwawancara, ada yang ketemu keluarga sebangsanya. Dan aku juga
ketemu keluarga sebangsaku! Bukan keluarga yang akan kutinggalin tapi anak ARKI
yang serumah denganku. Namanya kak Diko, dari Bali.
Setelah semua acara selesai. Kami kembali ke kamar
masing-masing, istirahat untuk melaksanakan acara besokkk! Dan aku juga udah
enggak sabar lagiii!
Tunggu selanjutnya yaaa!
13 komentar: