Resensi Novel Kastel Terpencil di Dalam Cermin karya Mizuki Tsujimura
· Identitas buku :
Judul :
Kastel Terpencil di Dalam Cermin
Penulis :
Mizuki Tsujimura
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama – M&C
Penerjemah :
Mohammad Ali
Tebal :
496 halaman
Tahun terbit :
Cetakan ketiga, 2022
Rate :
4.5/5
·
Sedikit Tentang Isi :
Novel ini berpusat pada
tokoh utama yakni Anzai Kokoro, seorang gadis kelas satu SMP. Karena sesuatu
hal yang terjadi padanya, Kokoro meliburkan diri dari sekolahnya. Suatu hari,
ketika Kokoro lagi-lagi menghabiskan waktu di dalam kamarnya, ia mendapati cermin
besar di kamarnya memantulkan sinar. Ia mendekat dan menyentuh cermin itu dan
seketika tubuhnya tersedot ke dalamnya. Di dalam cermin tersebut, Kokoro
menemukan dirinya tengah berdiri di depan sebuah kastel dengan disambut oleh
seorang gadis kecil yang menggunakan topeng serigala. Kokoro yang awalnya kabur
dan kembali ke kamarnya merasa penasaran oleh kastel tersebut dan memutuskan
untuk kembali ke dalamnya ketika cermin itu kembali bersinar keesokan harinya. Berbeda
dengan sebelumnya, kali ini Kokoro menemukan dirinya di dalam kastel sesaat
setelah tersedot oleh cermin. Di sebuah aula besar dengan dua tangga menuju
satu buah jam besar, Kokoro menemukan enam orang anak SMP seumurannya juga
berada di sana. Anak-anak itu terdiri dari empat orang laki-laki yakni Subaru,
Masamune, Ureshino, dan Rion, dan dua orang perempuan yakni Aki dan Fuuka.
Gadis kecil bertopeng serigala yang ditemui oleh Kokoro sebelumnya kembali
menampakkan wujudnya. Gadis kecil bertopeng serigala itu kemudian menjelaskan
bahwa Kokoro dan anak-anak lain diundang ke kastel untuk melakukan permainan.
Permainannya adalah menemukan sebuah Kunci Permohonan yang terdapat di dalam
kastel tersebut. Kunci Permohonan ini mampu mewujudkan satu buah permohonan,
apapun itu. Dan perjalanan panjang Kokoro dan teman-temannya pun dimulai. Perjalanan
berharga yang mengubah kehidupan mereka tentang bagaimana memandang sekolah
sebenarnya, persahabatan dalam dunia anak-anak, hingga hubungan keluarga.
· Disain sampul dan fisiknya
Disain sampul depan dari novel ini adalah gambar
sebuah cermin dengan Kokoro, sebagai tokoh utama bersama dengan Dewi Serigala di
dalamnya ditambah latar belakang kastel dengan bayangan enam orang anak kecil
di pintunya. Disain ini sangat cantik dan memanjakan mata serta menggambarkan
isi novelnya dengan pas sekali. Blurb yang
ada di sampul belakang buku juga sangat efektif karena hanya memberikan secuil
isi dari novel ini yang membuat saya sebagai pembaca penasaran dengan isinya.
· Tokoh dan penokohan
1.
Kokoro, seorang
gadis kelas satu SMP yang pendiam dan suka membaca buku.
2.
Rion, seorang
laki-laki kelas satu SMP yang memiliki wajah tampan dan suka bermain bola
3.
Aki, seorang
gadis kelas tiga SMP yang percaya diri dan berkarakter kuat
4.
Fuuka, seorang
gadis kelas dua SMP yang pendiam dan senang bermain piano
5.
Masamune,
seorang laki-laki kelas dua SMP yang suka berkata sesuka hati dan senang
bermain game
6.
Subaru, seorang
laki-laki kelas tiga SMP yang pendiam dan senang mendengarkan musik dan bermain
game bersama Masamune
7.
Ureshino, seorang
laki-laki kelas satu SMP yang suka makan dan mudah jatuh cinta
8.
Dewi Serigala,
seorang gadis kecil penunggu kastel
9.
Tokoh-tokoh
tambahan : Tojo, Ibu-nya Kokoro, Sanada, Bu Kitajima, dan lain-lain.
·
Kelebihan novel ini :
Novel yang merupakan terjemahan dari negara Jepang
ini terasa enak dibaca karena terjemahannya yang mengalir. Diksi-diksi yang
digunakan sangat tepat dan tidak terasa kaku.
Gaya bahasa yang digunakan juga ringan dan mudah dicerna membuat buku
ini juga cocok jika dibaca oleh anak-anak. Ketika membaca tidak ada typo atau
salah ketik yang saya temukan sehingga tidak mengganggu proses membaca.
Meski mengusung genre
magical-realism novel ini sangat mudah diikuti karena latar fantasinya
digambarkan dengan jelas dan tidak membingungkan. Selain itu, karena novel ini
lebih berfokus pada cara berpikir dan perasaan tokoh-tokohnya yang tertuang
dalam dialog-dialog. Porsi dialog yang banyak mampu mengimbangi narasinya
sehingga membuat saya tidak terlalu kebosanan sepanjang cerita. Konflik yang
diangkat juga dekat dan terkait dengan kehidupan sehari-hari terlebih dengan
kehidupan anak-anak muda, salah satunya mengenai perundungan. Novel ini dapat
menjadi wadah becermin bagi pembacanya.
·
Kekurangan novel
ini :
Novel
ini terbagi menjadi tiga bagian dan disampaikan dengan alur yang lambat. Untuk
pembaca yang tidak terlalu suka dengan novel tebal dengan alur yang berjalan
dengan lambat, tentu hal ini menjadi kekurangannya. Selain itu, novel ini
menggunakan ukuran font yang kecil dengan spasi yang rapat, hal ini membuat
pembaca tidak terlalu nyaman membacanya.
·
Kesimpulan :
Novel ini saya
rekomendasikan kepada pembaca yang ingin mencari bacaan bergenre
magical-realism dan penyuka novel-novel terjemahan dari Jepang. Novel ini cocok
untuk dibaca segala umur dari anak-anak hingga dewasa karena mengangkat latar
kehidupan sehari-hari yang relevan dengan konflik yang relevan pula, dan mampu
untuk mengambil pesan-pesan kehidupan yang tersebar di dalam novel ini.
0 komentar: